Kamis, 16 Mei 2013

penyakit sistem saraf

contoh penanganan kasus parkinson

BAB I
DASAR TEORI
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.

Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit Parkinson bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Rata-rata usia mulai terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun, tetapi bisa lebih awal pada usia 40 tahun atau bahkan sebelumnya. Jumlah orang di Amerika Serikat dengan penyakit Parkinson’s diperkirakan antara 500.000 sampai satu juta, dengan sekitar 50.000 ke 60.000 terdiagnosa baru setiap tahun. Angka tersebut meningkat setiap tahun seiring dengan populasi umur penduduk Amerika.
Sementara sebuah sumber menyatakan bahwa Penyakit Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun. Beberapa orang ternama yang mengidap Penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal China), Muhammad Ali (mantan peninju terkenal A.S.), Michael J FoxThe Michael J Fox Foundation For Parkinson’s Research. (seorang bintang film Hollywood terkenal) yang kini aktif dengan
Penyebab Penyakit Parkinson (Parkinson’s Disease)
Penyebab pasti Penyakit Parkinson masih belum diketahuii, meskipun penelitian mengarah pada kombinasi faktor genetik dan lingkungan.Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri. Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada Penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.
Neurodegenerative disorders lainnya termasuk Penyakit Alzheimer’s, penyakit Huntington’s, dan amyotrophic lateral sclerosis, atau penyakit Lou Gehrig’s serta banyak penyakit mental lainnya.
Akan tetapi ada beberapa faktor risiko (multifaktorial) yang telah dikenalpasti dan mungkin menjadi penyebab penyakit parkinson yakni :
  1. Usia, karena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.
  2. Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia dan Afrika.
  3. Genetik, factor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia muda.
  4. Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
  5. Cedera kranio serebral, meski peranannya masih belum jelas, dan
  6. Tekanan emosional, yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.
Diagnosa Gejala Penyakit Parkinson
4 Tanda-tanda dan gejala utama Penyakit Parkinson:
  1. Menggeletar (pada jari, tangan, kaki, rahang dan / atau muka)
  2. Kaku pada anggota badan (tangan, kaki dan / atau tubuh badan – Rigidity)
  3. Pergerakan badan yang perlahan (Bradykinesia)
  4. Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang dapat mengakibatkan jatuh.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stress emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Pada sepertiga penderita Penyakit Parkinson, tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.
Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun Perawatan Penderita Penyakit Parkinson Pengobatan Penyakit Parkinson memiliki sejarah yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahawa terdapat penurunan kadar dopamin pada Penyakit Parkinson di awal tahun 1960-an, membawa dunia pengobatan kepada penemuan obat levodopa, suatu prekursor dopamin, yang secara efektif dapat memperbaiki gejala-gejala pada Penyakit Parkinson (kajian oleh Barbeau 1962; Birkmayer & Hornikewicz 1962; serta Cotzias et al 1967). Namun levodopa tersebut tidak menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangan Penyakit Parkinson, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita
Selain terapi farmakologi, intervensi pembedahan juga memiliki sejarah panjang hingga wujudnya teknik-teknik seperti palidotomi, thalamotomi dan deep brain stimulation. Kajian terakhir melaporkan bahwa Ernest Arenas dan rekannya telah mengenalpasti sumber baru untuk sel dopamin yang berasal dari neuron sel stem otak tengah bahagian ventral (Ventral Midbrain (VM) neuron stem cell). Sel stem dimunculkan sebagai tawaran menarik dalam terapi penggantian sel pada penyakit parkinson karena mempunyai kapasita yang besar untuk menghasilkan sel dopamin (Arenas, et al, 2008).

BAB II
STUDI KASUS
A. KASUS
Tn P 60 th sedang beristirahat di kursi kerjanya tiba tiba tangan nya gemetar(tremor),terasa kaku dan mengalami bradikinesia,Tn P akhir akhir ini mengalami gangguan tidur dan konstipasi.diketahui Tn P bekerja sebagai buruh tani dan sering berhubungan dengan penggunaan pestisida.
Bagaimana tata laksana terapinya?
B. ANALISIS KASUS
Dalam analisis kasus digunakan metode SOAP,
SUBJECTIVE (S)
Nama : Tn. P
Usia : 60 tahun
Keluhan : tremor pada tangan, terasa kaku, bradikinesia, gangguan tidur, konstipasi.
OBJEKTIF (O)
Tidak ada
ASSASMENT (A)
Pasien menderita penyakit Parkinson
PLAN (P)
Tujuan terapi:
1. Meminimalkan gejala yang timbul.
2. Mempertahankan kualitas hidup.
Terapi nonfarmakologi
1. Edukasi
2. Memberi support pada penderita.
3. Meningkatkan asupan nutrisi yang baik dan banyak serat.
4. Pelatihan gerak.
Terapi Farmakologi:
Dianalisis dengan 4T + 1W
1. Tepat Indikasi
Nama Obat
Indikasi
Keterangan
Levodopa
Parkinson
Tepat Indikasi
Carbidopa
Parkinson
Tepat Indikasi
2. Tepat Obat
Nama Obat
Mekanisme
Keterangan
Levodopa
Diubah oleh 1-AAD menjadi dopamine.
Tepat Obat
Carbidopa
Memblok 1-AAD dijaringan perifer.
Tepat Obat
3. Tepat Pasien
Nama Obat
Kontraindikasi
Keterangan
Levodopa
Epilepsi, tukak lambung, gangguan ginjal berat, kehamilan dan menyusui.
Tepat Pasien
Carbidopa
Epilepsi, tukak lambung, gangguan ginjal berat, kehamilan dan menyusui.
Tepat Pasien
4. Tepat Dosis
Nama Obat
Dosis Standart
Dosis dianjurkan
Levodopa
100 - 250 mg
3 X sehari 100 mg
Carbidopa
10 – 25 mg
3 X sehari 25 mg
5. Waspada Efek Samping
Nama Obat
Efek Samping
Saran
Levodopa
Mual, muntah, hipotensi postural, mimpi buruk.
Bila gejala efek samping timbul segera konsultasi dengan dokter.
Carbidopa
Diskinensia, ott kedutan, mual, muntah, depresi, perubahan mental.
Bila gejala efek samping timbul segera konsultasi dengan dokter.

BAB III
MONITORING DAN KIE
A. RENCANA MONITORING DAN TINDAK LANJUT
1. Memonitoring gejala penyakit yang timbul, apakah mulai membaik atau tidak.
2. Monitoring efek samping obat, jika efek samping obat yang terjadi dan memiliki khasiat keamanan yang merugikan pasien maka sebaiknya obat diganti degan indikasi yang sama.
3. Terapi non farmakologi terus dilanjutkan, terutama meningkatkan asupan nutrisi yang baik dan banyak serat agar pasien tidak mengalami konstipasi.
B. KIE (KONSULTASI, INFORMASI, DAN EDUKASI)
1. Pasien diharapkan melakukan diet protein tinggi.
2. Pasien dihimbau untuk menghindari aktifitas yang berlebihan.
3. Hindari minum obat secara bersamaan atau setelah makanan karena menurunkan efek levodopa.
4. Pasien diharapkan taat dalam minum obat.

BAB IV
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan mengevaluasi tatalaksana terapi pada penyakit epilepsi dan Parkinson. Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami tremor tangan, terasa kaku, bradikinesia, gangguan tidur, konstipasi. Maka, pasien didiagnosa menderita Parkinson.
Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyebab pasti Penyakit Parkinson masih belum diketahui, Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri. Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada Penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.
Metode yang digunakan dalam penyelesaian kasus kali ini adalah metode SOAP, dimana berdasarkan data-data subjektif dapat diambil kesimpulan bahwa pasien menderita Parkinson.
Rencana terapi yang dilakuan meliputi tujuan terapi: diantaranya Meminimalkan gejala yang timbul dan Mempertahankan kualitas hidup.
Strategi terapi yang dilakukan, diantaranya adalah terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi nonfarmakologi yang diberikan yaitu:
1. Edukasi, memberikan pengetahuan terhadap pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
2. Memberi support pada penderita, hal ini sangat penting diberikan untuk pasien khususnya dari keluarga pasien untuk memberikan semangat terhadap pasien.
3. Meningkatkan asupan nutrisi yang baik dan banyak serat. Yang mana Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
4. Pelatihan gerak, untuk mempertahankan mobilitas dari pasien. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.
Dengan melihat algoritma terapi Parkinson, maka kami memberikan Terapi farmakologi yang diantaranya:
1. Levodopa
Sejak diperkenalkan akhir tahun 1960an, levodopa dianggap merupakan obat yang paling banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa dianggap merupakan tulang punggung pengobatan penyakit parkinson. Berkat levodopa, seorang penderita parkinson dapat kembali beraktivitas secara normal.
Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.
Efek samping levodopa dapat berupa:
1. Neusea, muntah, distress abdominal
2. Hipotensi postural
3. Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
4. Diskinesia. Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
5. Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
Dosis standart dari Levodopa 100 – 250 mg dan dianjurkan untuk diminum 3 X sehari 100 mg.
2. Carbidopa
Dosis standart dari Carbidopa 10 – 25 mg dan dianjurkan untuk diminum 3 X sehari 25 mg.
Berdasarkan analisis 4T + 1W (tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, dan waspada efek samping) maka obat yang digunakan sudah memenuhi syarat kerasionalan obat.
Levodopa dikombinasikan dengan carbidopa kerena Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.
Setelah dilakukan terapi pada pasien baik farmakologi maupun non farmakologi perlu dilakukan monitoring dan tindak lanjut dengan tujuan mengetahui efektifitas dari terapi yang diberikan.
Karena disini digunakan levodopa dan dalam terapi non farmakologi dianjurkan untuk diet protein, karena apabila levodopa berikatan dengan protein maka efek terapi dari levodopa akan terganggu dan mengalami penurunan. Intake protein yang berlebih dapat mengurangi absorbsi levodopa.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
· Terapi farmakologi yang diberikan adalah Levodopa dan Carbidopa yang dikombinasikan. Yang mana untuk Levodopa digunakan 100 mg yang digunakan 3 X sehari. Dan untuk Carbidopa digunakan 25 mg yang diminum 3 X sehari.
· Terapi nonfarmakologi yang diberikan yaitu:
1. Edukasi, memberikan pengetahuan terhadap pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
2. Memberi support pada penderita, hal ini sangat penting diberikan untuk pasien khususnya dari keluarga pasien untuk memberikan semangat terhadap pasien.
3. Meningkatkan asupan nutrisi yang baik dan banyak serat. Yang mana Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
4. Pelatihan gerak, untuk mempertahankan mobilitas dari pasien. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.
B. SARAN
1. Melakukan serta mentaati semua terapi pengobatan yang diberikan baik terapi farmakologi maupun non farmakologi.
2. Kepatuhan pasien juga sangat berperan dalam keberhasilan terapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar